Setelah tidur siang. Aku mendengar suara ayah, kakak dan mama di teras rumah. Mereka becanda gurau. Menceritakan pengalaman hari ini. Tawa kak membuatku penasaran akupun bergegas ke teras rumah. Ibu, ayah dan kakak tertawa melihatku.
"De kalo sudah bangun tidur air liurnya dilap dulu" kata kakak sambil menahan tawa yang ingin pecah.
Akupun malu, berlari menuju kamar mandi dan membersihkan wajahku. Setelah itu aku kembali ke teras rumah.
"Kak apaan sih selalu aja kaya gitu. Tadi Ade lihat ngak ada liur!" Kataku sambil memasang wajah masam.
"Sudah-sudah" kata ayah. "Ayo kita menyantap gorengan yang ibu buat. Dari tadi kita tertawa sampai melupakan gorengan yang dibuat oleh ibumu sebagai cemilan sore", kata ayah untuk memecahkan suasana. Aku dan kakpun akur kembali.
Kami mulai menyantap gorengan yang ibu buat. sanggar goreng dan ubi goreng disertai sambal menjadi kenikmatan yang tiada tara. Satupun tak cukup. Kami berbincang sambil menikmati cemilan gorengan dan es jeruk yang memanjaga lidah kami. Sore kami terasa begitu nikmat bukan hanya kehangatan keluarga tetapi juga ibu memanjakan perut kami, serta pohon rindang, dan angin sepoi-sepoi membuat kami enggan beranjak dari teras rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar