Senin, 28 September 2020

“JODOHKU ITU KAMU”

 


Dalam Al-quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan yaitu di dalam surah:


وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ 

 

Arab-Latin: Wa min āyātihī an khalaqa lakum min anfusikum azwājal litaskunū ilaihā wa ja'ala bainakum mawaddataw wa raḥmah, inna fī żālika la`āyātil liqaumiy yatafakkarụn

Terjemah Arti: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. 

Tafsir Quran Surat Ar-Rum Ayat 21 21. Dan di antara tanda-tanda-Nya yang agung sekaligus menunjukkan kekuasaan-Nya dan keesaan-Nya, bahwa Dia menciptakan untuk kalian -wahai orang laki-laki- dari jenismu pasangan-pasangan agar jiwa kalian merasa cenderung dan tenang kepadanya karena ada kesamaan di antara kalian. Dan Dia menjadikan rasa cinta di antara kalian dan mereka. Sesungguhnya di dalam hal itu sungguh terdapat bukti-bukti dan tanda-tanda yang jelas bagi orang-orang yang berfikir, karena hanya orang-orang yang berfikir sajalah yang bisa mendapatkan faedah dari pemikiran akal mereka.


Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perkenalan

Namaku adalah Putri Salsabila Nafiyah. Aku adalah anak ke tiga dari empat bersaudara. Ibuku adalah seorang guru berkebutuhan khusus, sedangkan ayahku adalah seorang polisi. Aku bersyukur diberikan keluarga yang penuh perhatian dan penyayang. Ayah seorang pekerja keras dan selalu mengutamakan kejujuran. Ayah menolong orang tanpa pamrih. Sekalipun banyak orang yang datang memberikan berbagai macam makanan. Ayah selalu memberitahu kepada ibu jangan mengambil barang dari mereka. Karena bagi ayah mereka juga orang susah. Barang dagang mereka itu adalah modal mereka mencari nafkah, itu kata ayah. Jadi, setiap kali mereka datang ke rumah ibu, selalu menolak dengan halus barang pemberian dari mereka. Dan aku mempunyai dua kakak perempuan dan satu adik perempuan.

* * *

 Tahun ini, aku diterima disalah satu perguruan tinggi di kotaku. Aku senang diterima di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan. Jurusan pendidikan luar biasa. Kenapa aku mengambil jurusan itu? Karena aku belajar dari ibuku. Ia adalah orang yang sabar menghadapi anak yang berkebutuhan khusus dengan berbagai macam karakter. Setiap kali aku melihat mereka. Dalam hati aku berkata: “Ya Allah dibalik keterbatasan mereka, Engkau memberikan kelebihan yang luar biasa. Sungguh besar kuasaMu”. Hari yang aku tunggu-tunggu adalah Ospek. Di mana setiap mahasiswa baru melaksanakan yang namanya perkenalan kampus. Dan kami pun dibagi berdasarkan regu dari berbagai fakultas. Kebetulan aku satu kelompok dengan Vera. Vera adalah teman sekolahku. Kami sama-sama bersekolah di Madrasah Aliyah Negeri Tarakan. Vera itu orang cantik, ramah, baik hati, dan suka menolong. Makanya banyak pria yang suka mendekatinya dan berteman dengannya. Kata Vera besok pagi kita pergi bareng ke kampus. Ia yang akan menjemput ku. Aku pun tidur malam lebih awal dari pada biasanya.

* * *

Suara azan mulai berkumandang, aku terbangun dari mimpi indahku. Aku mulai merapikan tempat tidur, mandi, shalat, setelah itu, aku bersiap-siap. Tak lama kemudian Vera datang menjeputku. Dan berkata “Putri ayo kita ke kampus!” Katanya sambil menarikku untuk bergegas.

Aku ku berkata : “Sabar Vera, Aku baru memasang tali sepatuku!”

Kemudian, kami pun pergi menuju kampus. Udara pagi begitu dingin sampai masuk ketulang tubuhku. Tibalah kami di gerbang kampus. Salah satu panitia menghampiri kami lalu menyuruh kami mendorong motor. Ia berkata: “Motor kalian tidak boleh dikendarai! Tapi wajib didorong, hingga parkiran.

Bayangkan pakiran itu berjarak sekitar 100 meter. Aku dan Vera saling berpandangan seakan-akan kami saling mengerti satu sama lain.

“Kakak parkiran itu jauh dari sini. Kak lihat, kami ini wanita. Apa kak tidak ada peri kemanusian kepada kami?” Kata Vera dengan wajah emosi.

No. Ingat ya! Apa yang dikatakan senior itu selalu benar! Jadi, kalian itu MABA (Mahasiswa Baru), kalau dikasih tahu senior dengar! Saya tidak mau tahu! Ayo dorong motornya hingga parkiran atas!” Kata senior dengan wajah cool dan cuek.

“Baik kak” jawab kami serentak sambil mendorong motor hingga parkiran.

Tak lama, kemudian ada sesosok pria yang makin lama semakin mendekat dari arah kejauhan. Dia adalah kakak Vera. Alangkah terkejutkan kakak Vera melihat adiknya mendorong motor dengan keringat bercucuran.

“Sini abang bantu. Siapa yang berani membuat adik ku hingga seperti ini?” Kata Abang Vera dengan wajah tak terima. Sambil mengirim pesan menanyakan siapa yang membuat adiknya seperti ini kepada panitia ospek yang lainnya.

Vera menjawab “Itu bang, panitia ospek, alias senior yang sok cool. Ade lupa namanya. Dia laki-laki, posturnya tinggi tapi kurus. Wajahnya tampan sih, Cuma cuek.  Bad mood ade dibuatnya. Sambil menarik tangan abangnya. Vera berkata dengan wajah memelas dan mengatakan “Abang ade cape, ade mau istirahat. Boleh?”

“Iya pergilah! Istirahat di sana! Kantin sudah buka. Jangan lupa sarapan! Nanti abang lagi yang dimarah mama kalau kamu sakit de. Dikirain abang ngak perhatian lagi sama kamu de. Tak lama bunyi pesan masuk. Abang sudah tahu sekarang siapa yang membuat kamu seperti ini. Dia adalah teman abang. Namanya Andre. Dia teman abang yang belum abang kenalin ke kamu de. Sebentar dia nyamperin kamu de.” Kata Abang Vera yang bernama Ilham.

Saat aku melihat mereka (Vera dan abang Iham) dalam hati aku berkata.”Kapan aku punya kakak laki-laki? Yang bisa selalu menjagaku. Tanyaku dalam hati, dan Vera menepuk pundakku dan berkata:

“ Ayo Put kita ke kantin. Aku cape. Aku haus? Kamu juga samakan?” Tanya Vera kepadaku dan membuat lamunanku terhenti.

 “Iya sih. Cuma kita kan lagi ospek dan wajib mengikuti kegiatan ospek. Aku kembali saja ya Ver. Ngak enak dilihat sama teman yang lain.” Kataku sambil memohon kepada Vera.

“Iya kembalilah. kata Vera dengan wajah sedikit sedih, karena Vera harus ke kantin sendiri.

Aku berjalan menuju lapangan di mana mahasiwa baru berkumpul. Dan aku mulai mencari reguku yang bernama “hati”. Dari sekian banyak regu yang ada. Akupun mulai membaca satu persatu tulisan yang ada di setiap regu. Akhirnya, aku menemukan reguku. Alhamdulillah ketemu juga. Saat aku ingin masuk barisan. Terdengar suara berat dari seorang lelaki yang berteriak.

“Hai . . . kamu wanita yang memakai jilbab hitam yang ingin masuk ke barisan. Kesini! Aku menoleh dan bingung maksudnya aku yang dipanggil kak itu.”

“Iya! Siapa lagi kalau bukan kamu! Lihat mahasiswa yang lain semua duduk kamu saja yang berdiri dan saya perhatikan kamu sibuk mondar-mandir mencari regu!” kata pria itu dengan wajah melotot.

“Maaf kak. Saya terlambat masuk barisan. Maaf. Kataku sambil menundukkan kepala.”

“Angkat wajah kamu dan lihat ke saya! Kamu kalau terlambat lapor panitia! Mengerti! Jangan asal, nyelonong masuk ke dalam barisan! Saya adalah senior pendamping di regu kamu! Jadi kamu harus izin ke saya dulu! Baru, kamu boleh masuk ke dalam barisan! Mengerti!” Kata kakak senior itu dengan wajah melotot dan urat-urat wajahnya tampak terlihat jelas bahwa iya sedang marah.

“Iya kakak maaf. Maaf.” Kata-kata itu yang aku ulangi sambil memasang wajah memelas.

“Sudah! Kembalilah! Tapi sebelum kembali, perkenalkan nama saya adalah Muh. Adam. Panggil saja Kakak Adam atau Abang Adam. Jadi, kalo ada apa-apa jangan lupa kasih tahu saya. Karena saya bertanggung jawab atas semua anggota regu hati”. Jawabnya  Kak Adham dengan wajah yang mulai melunak.

“Siap kak.  kataku sambil masuk ke dalam barisan.

 

* * *

Setelah, satu minggu melewati masa ospek, akhirnya aku merasakan yang nama kuliah. Aku sudah tak sabar menerima materi perkuliah. Bertemu dengan orang-rang baru dan belajar memahami karakter mereka. Aku masuk di ruang A PLB, aku tersenyum dengan teman lokalku yang mulai duduk dikursinya masing. Aku mulai menghafal setiap nama teman lokalku. Ada tiga puluh orang teman dalam satu lokalku. Semester awal mata kuliahku sangat padat. Maklum mahasiswa baru. Dan perkuliahan pertama dimulai dengan mata kuliah adalah psikologi pendidikan. membahas tentang karakter manusia yang unik dan beragam. Aku sungguh tertarik apalagi berhubungan dengan namanya manusia makhluk sosial dan memiliki beragam karakter. Sangking penasaran dengan mata kuliah psikologi, aku mencari buku tentang psikologi di perpustakaan kampus.

 

 

Pertengkaran Kecil

* * *

Saat aku memasuki perpustakaan. Suasana sunyi dan senyap. Para mahasiswa pada fokus dengan buku bacaan mereka. Ada juga, mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas kuliah. Akupun melanjutkan menyelusuri lorong perpustakan dan melihat rak yang bertuliskan psikologi. Aku mulai memperhatikan setiap judul di rak psikologi. Saat aku ingin menarik buku, buku itu terasa berat dan ternyata ketika aku menariknya ada juga tangan yang  menarik buku yang ingin aku baca. Tanpa sadar kami pun tarik-menarik buku itu. Dan akhirnya aku lelah, tenagaku tak sebanding dengan tenanga pria itu. Aku melihat di cela-cela buku ternyata pria itu adalah Kak Adam. Mata kami saling beradu pandang. Setelah melihatnya, aku langsung menundukkan pandanganku. Astagfilullah Aladzim. Kataku dalam hati.

Tak lama Kak Adam berdiri dihadapanku sambil berkata “Ini ambil. Tadi saya bercanda. Dari awal kamu memasuki perpustakan. Saya sudah mengamati kamu dan mulai mengikuti kamu dari belakang. Hingga kamu tidak menyadari kehadiranku de. “ Kata Kak Adham sambil memperhatikan wajahku dan ia berkata “De kamu itu Ayu. Nama kamu sesuai dengan wajah kamu. Dari awal ospek, Kak sudah menaruh hati kepada mu sejak pandangan pertama. Saya seorang pria yang tidak suka basa-basi kepada setiap wanita. “ Kata Kakak Adham.

Aku tak berani melihat wajahnya. Sebenarnya aku ingin kabur. Aku tidak terbiasa mendengar kata-kata manis seorang pria. Dari dulu aku selalu menjaga diri dan pergaulanku. Orang tua ku mengajarkan tentang agama dan adab bagaimana bergaul dengan pria. Aku selalu menjaga jarak dan bicara seperlunya. Aku pun berkata kepada Kak Adham. “Maafkan saya kak! Saya sudah selesai mencari buku. Saya permisi kak.” Aku tak menanggapi perkataan Kak Adham. Dan pergi meninggalkan Kak Adham seorang diri di balik lorong buku dan aku pun pulang ke rumah. 

* * *

Setibanya di rumah. Ponsel ku pun berbunyi. Ada pesan masuk dari nomor +62852334555xx :

De. Ini Kak Adham. Kakak suka sama kamu de. Kenapa setiap kali kakak ingin dekat ke kamu? Kamu selalu menghidar dari kak. Sebenar kamu itu kenapa de? Kamu normal de? Kamu masih suka sama pria kan de? Apa bukan tipe pria yang kamu de?

Saat membaca pesan dari Kak Adham yang berisi pertanyaan. Ada satu pertanyaan yang membuat hatiku panas. “Kata kamu normal de? What? Memang aku kenapa ngak normal? Apa maksud Kak Adham berkata demikian?” Tanyaku dalam hati. Aku mulai beristigfar dan mulai melentikan jari jemariku dengan menuliskan rangkaian kata-kata.

Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatu. Maaf Kakanda Adham. Saya tidak kenapa-kenapa. Saya dalam kondisi baik. Saya wanita normal dan masih waras Kakanda Adham. Kata-kata manis Kakanda tidak meluluh-lantahkan hati ade. Bagi ade, kak sama dengan pria yang lainnya selalu mengumbar kata-kata manis kepada setiap wanita. Saran ade tolong dijaga lidah dan jari-jemari kakanda untuk tidak mengumbar janji manis kepada setiap wanita. Karena seorang lelaki dilihat bukan hanya dari paras yang tampan, tetapi juga akhlak dan tutur kata, serta bisa menjaga dirinya dan menundukan pandangan dari wanita. Maaf  jika rangkaian tulisan ade, menggoreskan luka di hati kakanda. Ade menghaturkan beribu kata maaf kakanda tolong jangan mengusik kehidupan ade lagi. Sekian dan terima kasih. Walaikumsalam warohmatullah wabarakatu. Aku pun mengirim pesan itu kepada Kakanda Adham.

Betapa kerkejutnya Kak Adham ketika membaca pesan dari Putri. Tak ada satu pun wanita yang tidak suka kepada ku. Mereka datang sendiri menawarkan diri mereka kepadaku. Sedangkan wanita satu ini sungguh berbeda. Awalnya aku iseng ingin mengodanya. Tetapi aku malah mendapatkan tamparan keras dari wanita satu ini. Putri kamu meremahkan ku dan mulai menjatuhkan harga diriku. Baiklah, aku akan buktikan aku bisa berubah. Dengan wajah emosi Adham tetap mengirim pesan kepada Putri.

De. Jujur ya, tadi saya hanya mengodamu. Apa kamu sama itu sama dengan perempuan lain yang mudah dirayu dengan kata-kata manis langsung melayang. Ade, bukanya saya sombong. Saya pria populer di kampus. Jadi,  mudah  bagi saya untuk mendapatkan wanita. Mereka sendiri yang datang kepada saya. Tanpa harus saya rayu. Terima kasih de, atas kata mutiaramu itu, akan selalu Kakak ingat. Karena ade telah menjatuhkan harga diri kakak sebagai laki-laki. Kakak akan buktikan bahwa apa yang ade pikirkan tidak benar! Ingat ya de. Benci itu beda-beda tipis dengan cinta. Jadi jangan membenci kak secara berlebihan dengan kata-kata agamismu itu!

Ketika membaca pesan dari Kakak Adham, aku langsung beristigfar. Astagfirullah Aladzim. Maafkan hambaMu ini Ya Robb. Maafkan jika tanpa sadar membuat hati orang lain tersakiti. Engkau yang membolak-balikkan hati seorang hamba, tetap hati hamba di atas keimananMu Ya Robb.

* * *

Dari peristiwa itu, Kakak Adham tidak pernah lagi menegur dan menyapaku. Alhamdulillah. Aku bersyukur atas sikap Kakak Adham kepada Ku. Kuliahku pun berjalan dengan semestinya bahkan beberapa semester ini aku mendapatkan nilai terbaik di lokalku. Dan mata kuliah di semester atas sudah mulai berkurang, karena aku sudah mengambil di semester bawah. Hingga pada suatu hari, saat aku mengendarai sepeda motor dengan kecepatan yang rendah, aku melihat di samping sebelah kiri banyak pepohonan dan kebun. Udaranya begitu segar. Betah indah  ciptaan Yang Maha Kuasa. Masyaallah.

Tiba-tiba terdengar bunyi brak . . . Aku menabrak motor di depan ku. lampu belakang motornya pecah. Untung orang tidak apa-apa. Ia berhenti mendadak. Sehingga, membuatku kaget dan mecengkram kedua stang motorku dengan kencang.  Astagfirullah alazim jawabku dalam hati. Ia mulai menghampiriku sambil membuka kacamatanya dan melihatku. Betapa terkejutnya aku. Dia . . . kan Kakak Adham. Kataku dalam hati sambil menundukkan pandanganku.

Kakak Adham berkata: “Hai . . . kamu! Wanita yang dari tadi melihat ke bawah. Ada apa dengan di bawah? Coba kamu lihat motor antik saya. Lampu belakang motor saya pecah.

Aku menolehkan wajahku yang sebagian tertutup oleh masker untuk melihatnya, maklum ia orangnya tinggi. Aku pun berkata: “Maaf ya Mas. Saya tidak bermaksud untuk membuat motornya mas lecet! Bukan salah saya juga. Mas sendiri berhenti mendadak, sehingga membuat saya kehilangan keseimbangan. Imbasnya motor kita sama-sama lecet dan saya juga tidak minta ganti rugi ke mas! Padahal mas yang berhenti seenaknya tanpa leting.” Jawabku.

Saat aku berbicara ia mulai mengamati wajahku dengan saksama. Ia pun berkata: “Kamu itu Putri? Benar kamu Putri? Buka masker kamu de?” Kamu pura-pura tidak mengenaliku? Jangan kaya gitu de. Bicaralah de.” Kata Kakak Adham.

“Iya Kakak. Saya Putri. Cukup sampai di sini pembicaraan kita kakak. Maaf ya kak saya pamit. Permisi. Assalamualaikum. Kata Putri sambil meninggalkan Kakak Adham. 

Kakak adham mulai berusaha menahan emosi yang ingin diluapkannya. Ia hanya terdiam saat Putri pergi berlalu darinya. Moodnya yang awalnya bagus setelah melihat Putri berubah menjadi galau. Karena ia mulai jatuh cinta kepada Putri sejak pandagan pertama. Tak ia tak berani mendekati Putri. Sekalipun Ia usaha untuk dekat dengan Putri. Putri selalu menolak dengan berbagai alasan.

 

* * *

Sejak saat itu, Kakak Adham mulai belajar memperdalam ilmu agama dan mulai memantaskan diri. Hingga akhirnya Ayah Kak Adham menjodohkan Kakak Adham dengan  anak temanya. Sedangkan, aku juga dipanggil oleh ayah. Ayah mengatakan bahwa aku juga telah dijodohkan dengan anak teman leting ayah. Ayah mengatakan pria yang dijodohkan kepadaku adalah pria yang baik akhlaknya, tampan, bertanggung jawab, serta sholeh. Insyaallah bisa menjadi imam yang baik buat ade. Dan satu hal lagi de. Pekerjaan anak Om Tito adalah polisi sama seperti ayah. Aku hanya bisa pasrah dan merima. Karena ayah selama ini selalu memberikan yang terbaik bagi anaknya.

 

Perjodohan

 

* * *

Sore hari pun tiba. Hatiku berkecamu. Dag . . . Dig . . . Dug . . . memikirkan sosok seperti apa pria yang dijodohkan kepadaku. Tak lama lamuanku terhenti saat mendengar bel rumah berbunyi. Ting . . .Tong. . . Ibu dan Ayah mempersilahkan Om Tito dan anaknya untuk masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, aku dipanggil oleh ibu untuk bertemu Om Tito dan anaknya. Saat aku mulai melangkah menuju ruang tamu. Jantungku berdetak tidak menentu. Ayah menyuruhku duduk tepat disampingnya, pas di depan Om Tito berserta anaknya. Om Tito mengatakan, “Wah Putri memang cantik.”

Aku hanya tersipu malu dan masih tetap menundukan pandangan ke bawah. Saat ayah berkata “De lihat pria yang ada di depan mu itu adalah anak Om Tito”.

Saat ayah berkata begitu. Jatung rasanya ingin berhenti. Aku malu. Aku takut. Tapi aku harus tetap melihat wajah pria itu. Bismillah. Aku memberanikan diri melihat pria yang duduk di depanku. Dan betapa terkejutnya aku, pria itu adalah Kakak Adham.

Kakak Adham mulai membuka pembicaraan dengan mengatakan “Assalamualaikum Putri?” Saat itu hatiku bergetar, melihat mata yang meneduhkan dan sikap yang berbeda sewaktu pertama kali bertemu. 

“Walaikumsalam” jawabku sambil menundukkan pandagan.

Tanpa basa basi Kakak Adham langsung mengkhitbahku di depan orang tuaku. Ia mengatakan bahwa ia telah lama mengenal ku, tapi aku selalu bersikap cuek terhadapnya. Ayah pun menerima lamaran Kakak Adham. Selang beberapa hari kami pun menikah. Kakak Adham mengatakan “Cinta yang dibangun karena Allah itu begitu indah. Saat kakak menjauh dari ade. Dan mulai memantaskan diri, Allah mendekatkan ade dengan kakak di waktu yang tepat. Memang betul jodoh itu cerminan. Wanita yang baik hanya untuk pria yang baik begitu juga sebaliknya. Ternyata jodohku itu kamu de. Kata kakak Adham membuatku tersipu malu. Betapa indahnya pernikahan dibangun karena Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Barakallah Fii umriik sayang

Barakallah fii umriik anakku  Engkau yang menjadi pertama penghuni rahimku  Malaikat kecil yang tumbuh dan berkembang  Hingga me...