Dalam Al-quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan yaitu
di dalam surah:
Arab-Latin: Wa min āyātihī an khalaqa lakum min anfusikum azwājal litaskunū ilaihā wa ja'ala bainakum mawaddataw wa raḥmah, inna fī żālika la`āyātil liqaumiy yatafakkarụnTerjemah Arti: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.Tafsir Quran Surat Ar-Rum Ayat 21 21. Dan di antara tanda-tanda-Nya yang agung sekaligus menunjukkan kekuasaan-Nya dan keesaan-Nya, bahwa Dia menciptakan untuk kalian -wahai orang laki-laki- dari jenismu pasangan-pasangan agar jiwa kalian merasa cenderung dan tenang kepadanya karena ada kesamaan di antara kalian. Dan Dia menjadikan rasa cinta di antara kalian dan mereka. Sesungguhnya di dalam hal itu sungguh terdapat bukti-bukti dan tanda-tanda yang jelas bagi orang-orang yang berfikir, karena hanya orang-orang yang berfikir sajalah yang bisa mendapatkan faedah dari pemikiran akal mereka.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Perkenalan
Namaku
adalah Putri Salsabila Nafiyah. Aku adalah anak ke tiga dari empat bersaudara.
Ibuku adalah seorang guru berkebutuhan khusus, sedangkan ayahku adalah seorang
polisi. Aku bersyukur diberikan keluarga yang penuh perhatian dan penyayang.
Ayah seorang pekerja keras dan selalu mengutamakan kejujuran. Ayah menolong
orang tanpa pamrih. Sekalipun banyak orang yang datang memberikan berbagai
macam makanan. Ayah selalu memberitahu kepada ibu jangan mengambil barang dari
mereka. Karena bagi ayah mereka juga orang susah. Barang dagang mereka itu
adalah modal mereka mencari nafkah, itu kata ayah. Jadi, setiap kali mereka
datang ke rumah ibu, selalu menolak dengan halus barang pemberian dari mereka. Dan
aku mempunyai dua kakak perempuan dan satu adik perempuan.
*
* *
Tahun ini, aku diterima disalah satu perguruan
tinggi di kotaku. Aku senang diterima di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan.
Jurusan pendidikan luar biasa. Kenapa aku mengambil jurusan itu? Karena aku
belajar dari ibuku. Ia adalah orang yang sabar menghadapi anak yang
berkebutuhan khusus dengan berbagai macam karakter. Setiap kali aku melihat
mereka. Dalam hati aku berkata: “Ya Allah dibalik keterbatasan mereka, Engkau
memberikan kelebihan yang luar biasa. Sungguh besar kuasaMu”. Hari yang aku
tunggu-tunggu adalah Ospek. Di mana setiap mahasiswa baru melaksanakan yang
namanya perkenalan kampus. Dan kami pun dibagi berdasarkan regu dari berbagai
fakultas. Kebetulan aku satu kelompok dengan Vera. Vera adalah teman sekolahku.
Kami sama-sama bersekolah di Madrasah Aliyah Negeri Tarakan. Vera itu orang
cantik, ramah, baik hati, dan suka menolong. Makanya banyak pria yang suka
mendekatinya dan berteman dengannya. Kata Vera besok pagi kita pergi bareng ke
kampus. Ia yang akan menjemput ku. Aku pun tidur malam lebih awal dari pada
biasanya.
*
* *
Suara
azan mulai berkumandang, aku terbangun dari mimpi indahku. Aku mulai merapikan
tempat tidur, mandi, shalat, setelah itu, aku bersiap-siap. Tak lama kemudian
Vera datang menjeputku. Dan berkata “Putri ayo kita ke kampus!” Katanya sambil
menarikku untuk bergegas.
Aku
ku berkata : “Sabar Vera, Aku baru memasang tali sepatuku!”
Kemudian,
kami pun pergi menuju kampus. Udara pagi begitu dingin sampai masuk ketulang
tubuhku. Tibalah kami di gerbang kampus. Salah satu panitia menghampiri kami
lalu menyuruh kami mendorong motor. Ia berkata: “Motor kalian tidak boleh
dikendarai! Tapi wajib didorong, hingga parkiran.
Bayangkan
pakiran itu berjarak sekitar 100 meter. Aku dan Vera saling berpandangan seakan-akan
kami saling mengerti satu sama lain.
“Kakak
parkiran itu jauh dari sini. Kak lihat, kami ini wanita. Apa kak tidak ada peri
kemanusian kepada kami?” Kata Vera dengan wajah emosi.
“No. Ingat ya! Apa yang dikatakan senior
itu selalu benar! Jadi, kalian itu MABA (Mahasiswa Baru), kalau dikasih tahu
senior dengar! Saya tidak mau tahu! Ayo dorong motornya hingga parkiran atas!”
Kata senior dengan wajah cool dan cuek.
“Baik
kak” jawab kami serentak sambil mendorong motor hingga parkiran.
Tak
lama, kemudian ada sesosok pria yang makin lama semakin mendekat dari arah
kejauhan. Dia adalah kakak Vera. Alangkah terkejutkan kakak Vera melihat
adiknya mendorong motor dengan keringat bercucuran.
“Sini
abang bantu. Siapa yang berani membuat adik ku hingga seperti ini?” Kata Abang
Vera dengan wajah tak terima. Sambil mengirim pesan menanyakan siapa yang
membuat adiknya seperti ini kepada panitia ospek yang lainnya.
Vera
menjawab “Itu bang, panitia ospek, alias senior yang sok cool. Ade lupa namanya. Dia laki-laki, posturnya tinggi tapi
kurus. Wajahnya tampan sih, Cuma cuek.
Bad mood ade dibuatnya. Sambil
menarik tangan abangnya. Vera berkata dengan wajah memelas dan mengatakan “Abang
ade cape, ade mau istirahat. Boleh?”
“Iya
pergilah! Istirahat di sana! Kantin sudah buka. Jangan lupa sarapan! Nanti
abang lagi yang dimarah mama kalau kamu sakit de. Dikirain abang ngak perhatian lagi sama kamu de. Tak
lama bunyi pesan masuk. Abang sudah tahu sekarang siapa yang membuat kamu
seperti ini. Dia adalah teman abang. Namanya Andre. Dia teman abang yang belum
abang kenalin ke kamu de. Sebentar dia nyamperin kamu de.” Kata Abang Vera yang
bernama Ilham.
Saat
aku melihat mereka (Vera dan abang Iham) dalam hati aku berkata.”Kapan aku
punya kakak laki-laki? Yang bisa selalu menjagaku. Tanyaku dalam hati, dan Vera
menepuk pundakku dan berkata:
“
Ayo Put kita ke kantin. Aku cape. Aku
haus? Kamu juga samakan?” Tanya Vera kepadaku dan membuat lamunanku terhenti.
“Iya sih.
Cuma kita kan lagi ospek dan wajib mengikuti kegiatan ospek. Aku kembali saja
ya Ver. Ngak enak dilihat sama teman
yang lain.” Kataku sambil memohon kepada Vera.
“Iya
kembalilah. kata Vera dengan wajah sedikit sedih, karena Vera harus ke kantin
sendiri.
Aku
berjalan menuju lapangan di mana mahasiwa baru berkumpul. Dan aku mulai mencari
reguku yang bernama “hati”. Dari sekian banyak regu yang ada. Akupun mulai
membaca satu persatu tulisan yang ada di setiap regu. Akhirnya, aku menemukan
reguku. Alhamdulillah ketemu juga.
Saat aku ingin masuk barisan. Terdengar suara berat dari seorang lelaki yang
berteriak.
“Hai
. . . kamu wanita yang memakai jilbab hitam yang ingin masuk ke barisan. Kesini!
Aku menoleh dan bingung maksudnya aku yang dipanggil kak itu.”
“Iya!
Siapa lagi kalau bukan kamu! Lihat mahasiswa yang lain semua duduk kamu saja
yang berdiri dan saya perhatikan kamu sibuk mondar-mandir mencari regu!” kata
pria itu dengan wajah melotot.
“Maaf
kak. Saya terlambat masuk barisan. Maaf. Kataku sambil menundukkan kepala.”
“Angkat
wajah kamu dan lihat ke saya! Kamu kalau terlambat lapor panitia! Mengerti!
Jangan asal, nyelonong masuk ke dalam
barisan! Saya adalah senior pendamping di regu kamu! Jadi kamu harus izin ke
saya dulu! Baru, kamu boleh masuk ke dalam barisan! Mengerti!” Kata kakak
senior itu dengan wajah melotot dan urat-urat wajahnya tampak terlihat jelas
bahwa iya sedang marah.
“Iya
kakak maaf. Maaf.” Kata-kata itu yang aku ulangi sambil memasang wajah memelas.
“Sudah!
Kembalilah! Tapi sebelum kembali, perkenalkan nama saya adalah Muh. Adam.
Panggil saja Kakak Adam atau Abang Adam. Jadi, kalo ada apa-apa jangan lupa
kasih tahu saya. Karena saya bertanggung jawab atas semua anggota regu hati”.
Jawabnya Kak Adham dengan wajah yang
mulai melunak.
“Siap
kak. kataku sambil masuk ke dalam
barisan.
*
* *
Setelah, satu minggu melewati masa ospek, akhirnya aku merasakan yang nama kuliah. Aku sudah tak sabar menerima materi perkuliah. Bertemu dengan orang-rang baru dan belajar memahami karakter mereka. Aku masuk di ruang A PLB, aku tersenyum dengan teman lokalku yang mulai duduk dikursinya masing. Aku mulai menghafal setiap nama teman lokalku. Ada tiga puluh orang teman dalam satu lokalku. Semester awal mata kuliahku sangat padat. Maklum mahasiswa baru. Dan perkuliahan pertama dimulai dengan mata kuliah adalah psikologi pendidikan. membahas tentang karakter manusia yang unik dan beragam. Aku sungguh tertarik apalagi berhubungan dengan namanya manusia makhluk sosial dan memiliki beragam karakter. Sangking penasaran dengan mata kuliah psikologi, aku mencari buku tentang psikologi di perpustakaan kampus.
Pertengkaran
Kecil
*
* *
Saat
aku memasuki perpustakaan. Suasana sunyi dan senyap. Para mahasiswa pada fokus
dengan buku bacaan mereka. Ada juga, mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas
kuliah. Akupun melanjutkan menyelusuri lorong perpustakan dan melihat rak yang
bertuliskan psikologi. Aku mulai memperhatikan setiap judul di rak psikologi.
Saat aku ingin menarik buku, buku itu terasa berat dan ternyata ketika aku
menariknya ada juga tangan yang menarik
buku yang ingin aku baca. Tanpa sadar kami pun tarik-menarik buku itu. Dan
akhirnya aku lelah, tenagaku tak sebanding dengan tenanga pria itu. Aku melihat
di cela-cela buku ternyata pria itu adalah Kak Adam. Mata kami saling beradu
pandang. Setelah melihatnya, aku langsung menundukkan pandanganku. Astagfilullah Aladzim. Kataku dalam hati.
Tak
lama Kak Adam berdiri dihadapanku sambil berkata “Ini ambil. Tadi saya
bercanda. Dari awal kamu memasuki perpustakan. Saya sudah mengamati kamu dan
mulai mengikuti kamu dari belakang. Hingga kamu tidak menyadari kehadiranku de.
“ Kata Kak Adham sambil memperhatikan wajahku dan ia berkata “De kamu itu Ayu.
Nama kamu sesuai dengan wajah kamu. Dari awal ospek, Kak sudah menaruh hati
kepada mu sejak pandangan pertama. Saya seorang pria yang tidak suka basa-basi
kepada setiap wanita. “ Kata Kakak Adham.
Aku
tak berani melihat wajahnya. Sebenarnya aku ingin kabur. Aku tidak terbiasa
mendengar kata-kata manis seorang pria. Dari dulu aku selalu menjaga diri dan
pergaulanku. Orang tua ku mengajarkan tentang agama dan adab bagaimana bergaul
dengan pria. Aku selalu menjaga jarak dan bicara seperlunya. Aku pun berkata
kepada Kak Adham. “Maafkan saya kak! Saya sudah selesai mencari buku. Saya
permisi kak.” Aku tak menanggapi perkataan Kak Adham. Dan pergi meninggalkan
Kak Adham seorang diri di balik lorong buku dan aku pun pulang ke rumah.
*
* *
Setibanya
di rumah. Ponsel ku pun berbunyi. Ada pesan masuk dari nomor +62852334555xx :
De.
Ini Kak Adham. Kakak suka sama kamu de. Kenapa setiap kali kakak ingin dekat ke
kamu? Kamu selalu menghidar dari kak. Sebenar kamu itu kenapa de? Kamu normal de? Kamu masih suka sama pria kan de? Apa bukan tipe pria yang kamu de?
Saat
membaca pesan dari Kak Adham yang berisi pertanyaan. Ada satu pertanyaan yang
membuat hatiku panas. “Kata kamu normal de? What?
Memang aku kenapa ngak normal? Apa maksud
Kak Adham berkata demikian?” Tanyaku dalam hati. Aku mulai beristigfar dan mulai melentikan jari jemariku dengan menuliskan
rangkaian kata-kata.
“Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatu.
Maaf Kakanda Adham. Saya tidak kenapa-kenapa. Saya dalam kondisi baik. Saya wanita
normal dan masih waras Kakanda Adham. Kata-kata manis Kakanda tidak
meluluh-lantahkan hati ade. Bagi ade, kak sama dengan pria yang lainnya
selalu mengumbar kata-kata manis kepada setiap wanita. Saran ade tolong dijaga
lidah dan jari-jemari kakanda untuk tidak mengumbar janji manis kepada setiap
wanita. Karena seorang lelaki dilihat bukan hanya dari paras yang tampan,
tetapi juga akhlak dan tutur kata, serta bisa menjaga dirinya dan menundukan
pandangan dari wanita. Maaf jika
rangkaian tulisan ade, menggoreskan
luka di hati kakanda. Ade menghaturkan
beribu kata maaf kakanda tolong jangan mengusik kehidupan ade lagi. Sekian dan terima kasih. Walaikumsalam warohmatullah wabarakatu. Aku pun mengirim pesan itu
kepada Kakanda Adham.
Betapa
kerkejutnya Kak Adham ketika membaca pesan dari Putri. Tak ada satu pun wanita
yang tidak suka kepada ku. Mereka datang sendiri menawarkan diri mereka
kepadaku. Sedangkan wanita satu ini sungguh berbeda. Awalnya aku iseng ingin
mengodanya. Tetapi aku malah mendapatkan tamparan keras dari wanita satu ini.
Putri kamu meremahkan ku dan mulai menjatuhkan harga diriku. Baiklah, aku akan
buktikan aku bisa berubah. Dengan wajah emosi Adham tetap mengirim pesan kepada
Putri.
De.
Jujur ya, tadi saya hanya mengodamu. Apa kamu sama itu sama dengan perempuan
lain yang mudah dirayu dengan kata-kata manis langsung melayang. Ade, bukanya
saya sombong. Saya pria populer di
kampus. Jadi, mudah bagi saya untuk mendapatkan wanita. Mereka
sendiri yang datang kepada saya. Tanpa harus saya rayu. Terima kasih de, atas kata mutiaramu itu, akan selalu
Kakak ingat. Karena ade telah
menjatuhkan harga diri kakak sebagai laki-laki. Kakak akan buktikan bahwa apa
yang ade pikirkan tidak benar! Ingat
ya de. Benci itu beda-beda tipis dengan
cinta. Jadi jangan membenci kak secara berlebihan dengan kata-kata agamismu
itu!
Ketika
membaca pesan dari Kakak Adham, aku langsung beristigfar. Astagfirullah Aladzim. Maafkan hambaMu ini Ya Robb. Maafkan jika tanpa sadar membuat
hati orang lain tersakiti. Engkau yang membolak-balikkan hati seorang hamba,
tetap hati hamba di atas keimananMu Ya Robb.
*
* *
Dari
peristiwa itu, Kakak Adham tidak pernah lagi menegur dan menyapaku. Alhamdulillah. Aku bersyukur atas sikap
Kakak Adham kepada Ku. Kuliahku pun berjalan dengan semestinya bahkan beberapa
semester ini aku mendapatkan nilai terbaik di lokalku. Dan mata kuliah di
semester atas sudah mulai berkurang, karena aku sudah mengambil di semester
bawah. Hingga pada suatu hari, saat aku mengendarai sepeda motor dengan
kecepatan yang rendah, aku melihat di samping sebelah kiri banyak pepohonan dan
kebun. Udaranya begitu segar. Betah indah
ciptaan Yang Maha Kuasa. Masyaallah.
Tiba-tiba
terdengar bunyi brak . . . Aku
menabrak motor di depan ku. lampu belakang motornya pecah. Untung orang tidak
apa-apa. Ia berhenti mendadak. Sehingga, membuatku kaget dan mecengkram kedua stang motorku dengan kencang. Astagfirullah
alazim jawabku dalam hati. Ia mulai menghampiriku sambil membuka
kacamatanya dan melihatku. Betapa terkejutnya aku. Dia . . . kan Kakak Adham. Kataku
dalam hati sambil menundukkan pandanganku.
Kakak
Adham berkata: “Hai . . . kamu! Wanita yang dari tadi melihat ke bawah. Ada apa
dengan di bawah? Coba kamu lihat motor antik saya. Lampu belakang motor saya
pecah.
Aku
menolehkan wajahku yang sebagian tertutup oleh masker untuk melihatnya, maklum ia orangnya tinggi. Aku pun
berkata: “Maaf ya Mas. Saya tidak bermaksud untuk membuat motornya mas lecet!
Bukan salah saya juga. Mas sendiri berhenti mendadak, sehingga membuat saya
kehilangan keseimbangan. Imbasnya
motor kita sama-sama lecet dan saya juga tidak minta ganti rugi ke mas! Padahal
mas yang berhenti seenaknya tanpa leting.” Jawabku.
Saat
aku berbicara ia mulai mengamati wajahku dengan saksama. Ia pun berkata: “Kamu
itu Putri? Benar kamu Putri? Buka masker kamu de?” Kamu pura-pura tidak
mengenaliku? Jangan kaya gitu de.
Bicaralah de.” Kata Kakak Adham.
“Iya
Kakak. Saya Putri. Cukup sampai di sini pembicaraan kita kakak. Maaf ya kak
saya pamit. Permisi. Assalamualaikum.
Kata Putri sambil meninggalkan Kakak Adham.
Kakak
adham mulai berusaha menahan emosi yang ingin diluapkannya. Ia hanya terdiam
saat Putri pergi berlalu darinya. Moodnya
yang awalnya bagus setelah melihat Putri berubah menjadi galau. Karena ia mulai
jatuh cinta kepada Putri sejak pandagan pertama. Tak ia tak berani mendekati Putri.
Sekalipun Ia usaha untuk dekat dengan Putri. Putri selalu menolak dengan
berbagai alasan.
*
* *
Sejak saat itu, Kakak Adham mulai belajar memperdalam ilmu agama dan mulai memantaskan diri. Hingga akhirnya Ayah Kak Adham menjodohkan Kakak Adham dengan anak temanya. Sedangkan, aku juga dipanggil oleh ayah. Ayah mengatakan bahwa aku juga telah dijodohkan dengan anak teman leting ayah. Ayah mengatakan pria yang dijodohkan kepadaku adalah pria yang baik akhlaknya, tampan, bertanggung jawab, serta sholeh. Insyaallah bisa menjadi imam yang baik buat ade. Dan satu hal lagi de. Pekerjaan anak Om Tito adalah polisi sama seperti ayah. Aku hanya bisa pasrah dan merima. Karena ayah selama ini selalu memberikan yang terbaik bagi anaknya.
Perjodohan
*
* *
Sore
hari pun tiba. Hatiku berkecamu. Dag . .
. Dig . . . Dug . . . memikirkan sosok seperti apa pria yang dijodohkan
kepadaku. Tak lama lamuanku terhenti saat mendengar bel rumah berbunyi. Ting . . .Tong. . . Ibu dan Ayah
mempersilahkan Om Tito dan anaknya untuk masuk ke dalam rumah. Tak lama
kemudian, aku dipanggil oleh ibu untuk bertemu Om Tito dan anaknya. Saat aku
mulai melangkah menuju ruang tamu. Jantungku berdetak tidak menentu. Ayah
menyuruhku duduk tepat disampingnya, pas di depan Om Tito berserta anaknya. Om
Tito mengatakan, “Wah Putri memang cantik.”
Aku
hanya tersipu malu dan masih tetap menundukan pandangan ke bawah. Saat ayah
berkata “De lihat pria yang ada di depan mu itu adalah anak Om Tito”.
Saat
ayah berkata begitu. Jatung rasanya ingin berhenti. Aku malu. Aku takut. Tapi
aku harus tetap melihat wajah pria itu. Bismillah.
Aku memberanikan diri melihat pria yang duduk di depanku. Dan betapa
terkejutnya aku, pria itu adalah Kakak Adham.
Kakak
Adham mulai membuka pembicaraan dengan mengatakan “Assalamualaikum Putri?” Saat itu hatiku bergetar, melihat mata yang
meneduhkan dan sikap yang berbeda sewaktu pertama kali bertemu.
“Walaikumsalam”
jawabku sambil menundukkan pandagan.
Tanpa
basa basi Kakak Adham langsung mengkhitbahku
di depan orang tuaku. Ia mengatakan bahwa ia telah lama mengenal ku, tapi aku
selalu bersikap cuek terhadapnya. Ayah
pun menerima lamaran Kakak Adham. Selang beberapa hari kami pun menikah. Kakak
Adham mengatakan “Cinta yang dibangun karena Allah itu begitu indah. Saat kakak
menjauh dari ade. Dan mulai memantaskan diri, Allah mendekatkan ade dengan
kakak di waktu yang tepat. Memang betul jodoh itu cerminan. Wanita yang baik
hanya untuk pria yang baik begitu juga sebaliknya. Ternyata jodohku itu kamu
de. Kata kakak Adham membuatku tersipu malu. Betapa indahnya pernikahan
dibangun karena Allah.